Tuesday 24 November 2015

Binatang Nilainya


Menyeramkan , adalah gumaman awal banyak terucap.
Namun sirna dengan maksud dan tujuan.

Mereka punya nilai,
Adat – istiadat...
Kebudayaan....
Tujuan...
Serta maksud...
Kelestarian tetap terjaga.

Bertujuan dalam bersyukur kepada sang pencipta, dalam segala hal menjadikan kegiatan bermakna membahana secara Nasional.

Kancah International pun tetap ada dalam konsntrasinya.

Menyerupai hewan dalam balutan.
Bukan dalam prilaku kebanyakan mereka duduk di dewan.

Beriringan mengelilingi desa kelahiran,
Hingga ritual menuju ke tempat penanaman padi berjajar.

Melihatnya, begitu indah memiliki maksud.
Maksud dalam implementasi kehidupan sehari - hari.

Kebo - keboan namanya....
Menuyerupai bukan tujuannya....
Melainkan kebanggan hewan yang selalu bekerja dalam aktivitasnya.

Binatang yang berjuang demi banyaknya kehidupan terlestarikan, dalam balutan kebudayaan terjaga demi seterusnya..


Kebo – Keboan Alas Malang (Banyuwangi)

Monday 23 November 2015

Saksi Ke-Lenggokan

       Lenggak - lenggok di tengah keramaian terlihat.
Terlihat oleh mata - mata telanjang dalam kedatangan.

Kedatangan turis mancanegara serta nasional menyapa.
Menyapa, meraba, serta melihat Oramen ornamen baju ke-khasan.

Khas keaslian daerah pelosok dalam balutan.
Balutan berwarna dan lainnya.

Identitas melekat begitu kental dalam keberadaan.
Mempersatukan traditional dengan modern tergambarkan..

Jarak yang begitu jauh dalam teriknya gendrang matahari,
Dibiarkan dalam perjalanan mereka terjelaskan.

Ratusan meter dalam gerakan....
Raut senyum terharuskan...
Kecantikan dan kegagahan terwajibkan...

Menggambarkan ide dan gagasan kreatif dalam kepemimpinan.

Ide menawan tak hanya kecantikan dan kegagahan.
Tetapi perlawanan ia dapatkan.

Perlawanan dalam bentuk ketidaksetujuan dan ketidakhadiran dalam acara keberadaan.

Saksi sejarah tergoreskan dalam acara berbalut kebudayaan, tak menghalangi acara berjalan dalam persembahan.
           
Saksi saksi yang teruntai dalam lekukan bibir terlihat dari raut raut pribumi dalam kepuasaan.

BEC – Banyuwangi Ethno Carnival

Sunday 22 November 2015

Makna Ia....

      Namanya menjadi manis dalam ingatan.
Manis tersilat terbalut dalam kesedihan.
Ingatan yang mewajibkan kedatangan.

Sekedar menyapa, melihat dan berjumpa.
Mengenal dalam keberadaanya.

Cuaca siang panas benderang lenyap bias terurai, Tatkala ada seseorang dan semangkuk buah buahan
dengan butiran dingin menjadi pelengkap perjalanan.
Perjalanan yang membutuhkan pengorbanan.

Bukan kekecawaan, melainkan menyayangkan....
Bukan menyayangkan melainkan kekecewaan....

Melihat pepohonan tumbang hanya diperjualbelikan.
Dibalut dengan rimbunnya ranting terbentang.

Keindahan memukau memanjakan setiap pepohonan tegak menantang,
Namun tetap meyesalkan....
Kenapa...
Kenapa harus mereka yang terbunuh dan terbinasakan demi nafsu kaum kaum kapitalis...

Hanya dapat mengabadikan dan ada harapan berujar..
Ujar yang senantiasa menghargai alam berjajar...

Aku ingin mereka hidup layaknya kita yang menikmatinya.
Biarkan ia tetap melepaskan oksigennya.
Oksigen bagi kami yang berdetak.
Berdetak dalam kehidupan.

Kenapa kau biarkan mereka tumbang dengan kejam bersama kekecewaan.
Kekecewaan yang membuat mata terpanah jika paham dengan tujuan alam hadir dalam kehidupan.

Taman Jawatan - Banyuwangi

Saturday 21 November 2015

Sesuatu Berharap

Namanya selalu ditungu dan menjadi urutan dalam perjalanan menjamahnya,
Dari banyaknya gumaman ke-asalannya...

Membuat hati merasa kegelisahan mendalam layaknya terjaga berlebihan.
Berlebihan dalam maksud melindungi diri sendiri....

Namun bukan itu tujuanku menyambangi dan berdiri.
Berdiri dengan niat baik dalam kelestarian budaya terpatri

Amanah yang tergali dari pribumi pribumi asli, terbalut karakter menjulang tersajikan...

Sapi – Sapian namanya.....
Kelestarian buktinya.....

Bangga akan karakternya memiliki tujuan bersyukur kepada sang pencipta,
adalah aktraksi identitasnya....

Mereka bangga dengan apa yang ada,
Dengan apa terjaga..
Dengan apa seadanya...

Sementara Aku,
Aku bukan siapa siapa, hanya manusia biasa yang bisa membantu tak terlihat...

Mengabadikannya.....
Menulisnya.....
Menyapanya.....
Membantunya.....

Merekahlah yang seharusnya diperhatikan dari segi kemakmuran, Dan kedepannya.

Lenggokan demi lenggokan tersajikan dan dipersembahkan.
Dentuman dentuman khas musiknya tersuarakan.

Amanah yang selalu terjaga dan terbersit,
Berharap  ia dapat terlihat bersanding koleganya

Sapi sapian – Desa Kenjo (Banyuwangi)

Friday 20 November 2015

Hanya Cerita



Menyelinap semak dengan jalur tanah merah luar biasa...
Luar biasa datang kepadamu....

Suguhan elevasi jalur memukau dengan sambutan hutan rimbun begitu sahdu...
Beriringan dengan bukit bukit terbentang menyapa dalam menggapai...

Aku – kamu baru sempat bertemu.
Walaupun kendaraanku begitu terengah mencarimu.
Terengah dengan kekuatan seadanya dan secukupnya.

Pertemuan dengan keindahan rumah tua eksotis, ditambah bangunan serta ornamen begitu seirama.
Dalam sandingan taman bunga begitu berwarna kau menyambut...
Menyambut dengan udara sejuk dari Gunung Raung ternama, menjadikan lengkap dalam kesempurnaan.

Awalnya Kekhawatiran muncul, meraba dan mencuat...

Kekhawatiran akan tiba....
Kekhawatiran begitu jauh tersampai...
Kekhawatiran akan sambutan engkau....

Namun ke eksotisanmu terjaga dari  tahun 1927....
Mungkin disaatku belum siapa siapa, hanya masih rencana sang kuasa....

Terpikirkan, apakah kau seindah dahulu?
Seindah sekarang mata melihat, disaat engkau menjadi atap para penjajah berada.

Menjadi tempat tempat mereka menyimpan senjata...
Menyimpan wanita wanita tersiksa nan tertindas..
Menyimpan kekacauan belaka....

Namun semua hanya sejarah menjadi cerita,
Sekarang kau terjaga dan menyambut indah itu ternama....


Rumah Belanda - Taman Bunga (Bondowoso)

Thursday 19 November 2015

Cerita Menjamahnya


Namamu tak bergaung seperti nama lain yang mengelilingi, 
Tapi keyakinan begitu besar menghampiri. 
Keyakinan yang ku bulatkan dalam gerakan badan sanubari.

Menyusuri lekukan keindahan alam terbentang dengan jalur berliku menambah refrensi dalam perjalanan. 

Debu menghampiri, sesat kutemui..... 
Jarakmu yang begitu sulit di jamah menyimpan cerita jalur tanah berundak beserta bebatuan bergejolak menambah adrenanalin memuncak, 
Bukan khawatir melainkan kebahagian tak tergambarkan.

Lokasi dengan posisi perbatasan daerah lain membuatmu kecil terdengar tapi menakjubkan di penglihatan. 
Banyuwangi – Bondowoso.... 
Bondowoso – Banyuwangi....

Aku tidak sendiri, aku ditemani oleh bidadari. 
Bidadari yang tahu kemana membawaku pergi....

Menikmati keindahan alam terbentang bersanding gunung berbukit – bukit, 
Serta kawah dingin eksotis terpanah.

Hanya ucapan bersyukur dan terus bersyukur yang keluar dari indra mulut berujar. 
Tak tahu jika kaki ini tak bisa berjalan... 
Mata ini tak bisa melihat.... 
Dan hidung ini berhenti bernafas.....

Engkau pemilik ciptaan bagi kami yang merasakannya, 
Engkau juga yang mengajakku untuk datang melihat ciptaan dengan rekayasa.....

Kawah Urung – Bondowoso