Thursday 30 July 2015
Keindahan = Kelestarian
Tiba jua menghampiri panggilaan.
Panggilan menyentuh, merabamu dalam
pelukan.
Panggilan yang semua inginkan untuk
melihat serta berada di 3726 MDPL.
Bukan congkak dan sombong terjelaskan,
melainkan bangga telah bertemu dan menyapa.
Ku jauh dari Tangerang, menghampiri demi
tersampaikan.
Mengetahui banyak legenda dan larangan
serta adat pengetahuan.
Oh rinjani dengan segala aspek wisata
memukan beriringan.
Mulai dengan keindahan mata memandang
luasnya danau terbentang,
Kaldera menyapa tatkala menuju puncak,
Air panas yang begitu netral merileksasi
badan,
Gua susu yang indah dalam penglihatan,
Serta air terjun menawan bersolek air
jatuhnya.
Engkau menyimpan banyak aset begitu luar
biasa dalam ekosistem-wisata memukau.
Namun entah apa, ada yang kurang
sepanjang mata memandang….
Sampah sampah yang begitu kejam
berserakan tak tau siapa pelaku tak bermoral.
Membuang dan mengotori sebagian dari
luasnya keindahan.
Orang-orang yang sempit akan kemajuan.
Mereka-mereka yang jauh akan
kelestarian.
Lombok
– Rinjani
Nusatenggara
Barat
Polemik Ironi
Alam indah nan budaya terjaga menjelaskan mereka dari Timur.
Logat beragam tak dikenal, bukan
mengasingkan.
Ramah tamah, senyum rupawan begitu
khidmat teruraikan kepada pendatamg.
Tersirat besar akan makna mereka punya
apa dan memohon apa….
Bukan rupiah sebagai bantuan…
Melainkan kemajemukan serta plural dalam
badan berdiri.
Alam begitu rupawan tersimpan, terjaga
dan terbiarkan….
Kekuatan-kekuatan tersalah artikan tak
ada dorongan terealisasikan.
Hanya kaum-kaum ironis dengan karakter
ingin memajukan,
Namun sirna tatkala tak ada umpan balik
dari penguasa (Borjuis).
Timur kaya, dengan nilai, norma, adat
dan budaya bersanding alam berjejeran.
Tapi entah Borjuis berpikir apa….
Berpikir pendek bukan investasi
memajukan.
Melainkan perkaya nafsu sahwat pribadi
tak tercolek…
Flores
Timur – Sikka
Nusatenggara
Timur
Thursday 9 July 2015
Aura Bersanding Alam Tersembunyi
Kesendirian tak menghalangi niat menyapa
indahnya air tersembunyi.
Air yang mengalir dari atas ke bawah
menyapa permukaan.
Akses tertutup hutan karet beserta pinus
perkebunan rimbun menerpa.
Menambah pelengkap syahdu keberadaan
dalam menggapai.
Tak ada tanda dan panduan jelas menuju
lukisan sang esa yang begitu indah menyendiri.
Hanya terlihat sungai besar murni serta
cantik memanjang.
Menyusuri dan berpikir logis air
mengalir.
Sifat air yang mengalir dari atas ke
bawah menjadi bekal tujuan mengapai.
Membuat penasaran menggebu dalam
sanubari untuk jelajahi.
Bersiap dalam kesendirian……
Menjadi apa yang sudah tergariskan…..
Dalam situasi apapun yang diberikan……
Tapakan kaki memulai menyusuri aliran…
Naik turun jalur terputus merupakan
warna indah dalam jelajah air yang menjadi tujuan.
Aliran sungai dingin dan mempesona,
membasahi celana dan sepatu luar.
Ooh kalibendo…..
kau menyimpan indahnya air terjun
tersembunyi dengan jalur yang begitu berpikir.
Namun tak menjadikan lekas menyerah di
lapangan.
Air yang intim dalam kesendirian.
Memberikan makna mendalam tatkala aura
berdatangan dari segala arah.
Arah mata angin yang banyak dan otak
berpikir dalam kesendirian.
Air Terjun
Kalibendo (Banyuwangi)
Kearifan tak Tertunjang
Mendengar, membuat rasa ingin
mengenalnya.
Berimajinasi dalam warna lukisan
sang pencipta, menutup kemampuan melihat
apa yang bisa di telaah.
Bukan kecewa, melainkan hanya bingung nestapa.
Melihat alam indah dalam bingkai
lukisan, menjadi berbeda.
Berbeda karena sikap nista tak
betanggung jawab.
Nista akibat orang dan kaum tak bermoral.
Jorok akibat malas membuang.
Nista akibat tidak mengenal karma.
Jorok akibat belum terbinasa.
Pulau yang eksotis menawan menawarkan
terumbu karang terbentang.
Memberikan indahnya bukit merah
menunjang, serta alam bersahabat bagi pengguna olahraga airnya.
Dibalik indahnya pulau memanjakan mata
beserta gulungan air pantai.
Tergambar makna arif pelaku pribumi aslinya.
Menyisir menunduk, mencari apa yang
harus terambil.
Demi sesuap nasi, untuk pulang dan memenuhi
perutnya.
Membuat pernak pernik dari indahnya miniatur
kerang dan keong bewarna.
Teliti dalam tugas keseriusan
mencarinya.
Lelah melihat, namun terhapus tatkala
sapaan terjawab.
Jawaban dengan senyuman manis beserta tanggapan
menawan dari kearifan.
Jelas makna indah berbagi sesama.
Pulau Merah
(Banyuwangi)
Aku – Dia - Alam
Melewati indahnya pulau beserta zona antar selat menjadi acuan perjalanan.
Persiapan bersanding kesiapan jelajah
indahnya alam, menggebu dalam jiwa.
Tak ada beban meraih untuk menghampiri.
Bermodal
kendaraan roda dua, bersiap mental untuk menyapa.
Aku dan dia siap dalam kebersamaan
lelahnya jiwa.
Jiwa - jiwa bangga akan Indonesia.
Jiwa - jiwa puas dalam indahnya alam
Indonesia.
Jiwa - Jiwa yang puas akab budaya.
Jiwa – jiwa tersakiti dalam kekuatan
kepercayaan ternodai.
Kami sama…..
kami Indonesia……
kami cinta akan budaya dan alamnya…….
Indahnya air kembar jatuh menyentuh
dataran.
Bak representasi kami yang kembar dalam nasibnya.
Nasib yang harus bangkit dalam
perjalanannya.
Nasib yang harus berubah seiring kerja keras bersahaja.
Kerja keras berbuah hasil pada
akhirnya, harus terlihat terbuka
terpanah.
Bukan untuk siapa, melainkan agar mereka tahu siapa yang disia-sia.
Alam menawarkan keindahan makna tersirat
bak perjalanan kehidupan.
Mengairi layaknya air terjun kembar yang
berjatuhan.
Begitupun kehidupan perjalanan.
Bangkit dari pahitnya nodai dua insan
yang tersakiti.
Beriringan terus menerus mengalir berdampingan dari hulu ke hilir.
Hingga akhir jelas bermanfaat untuk
sesama.
Bahkan bersahaja bagi makhluk hidup yang
berada di sekitarnya.
Air Terjun
Kembar (Kampung Anyar - Banyuwangi)
Keluar dan Jaga!
Kata siapa nusantara tidak sehebat
mancanegara?
Kata mereka yang tak tahu apa -apa, dalam diam di
zona nyaman berada…
Keluar dan gapai alam semesta
beserta budayanya.
Jangan terdiam bak kenyamanan
menghampiri.
Indonesia punya apa yang patut dibangga
dan di jaya.
Patut kenal dan tahu, tentang apa sejarahnya.
Menjaga serta melestarikan adalah amanah
setiap mahkluk yang datang menyapa.
Berawal dari,
Nilai penghijauan……
Sampah terkordinir……
Ekosistem berada…….
Bahkan akses jalan semestinya……
Terlihat habitat elok menawan dengan
seisinya.
Mulai dari, binatang melata, terbang, bahkan karnivora menyambut
pendatangnya.
Baluran begitu besar menyimpan cerita,
cerita tentang rahasia Indonesia.
Rahasia indah dalam keberadaaanya.
Little
Africa in Java melekat dalam otak setiap pendatang menghampirinya.
Melekat dengan keindahan ekosistem
terjaga dalam kesatuanya.
Baluran
(Situbondo)
Alam Sanding Bulan Berkah
Selepas mata memandang elok, tak lekas
membosankan.
Menawan air seirama dalam kebanyakan.
Menandakan laut lepas dalam tingginya tebing terpijak.
Berdiri kokoh di tingginya tebing curam.
Membuat makna ungkapan puas dan bangga melihat matahari menyapa.
Matahari eksotis ke-emasan menemani
indahnya bulan membawa berkah.
Waktu terus bergulir, seiring lapar
perut menyeruak pada bulan itu.
Cacing-cacing bergumam, bermakna dzikir
ke sang-esa atau hanya lapar semata.
Tak terasa, putaran jarum jam tepat
berada pada waktunya.
Saatnya kumandang adzan seirama, dalam
fakta.
Memasukan manisan ke- mulut merupakan awal
kegiatan.
Awal yang disunnahkan untuk memulainya.
Bersamaan menyeruput air kelapa dan menelan makanan menjadi syarat kami berbuka.
Sapaan begitu terasa dalam kepergiannya
menjadi gelap.
Gelap bertanda dalam pergantian hari
dalam rutinitas sebuah keseharian.
Mengharuskan pulang dalam keharuan
Begitu megah dan agung, indahnya sang
pencipta menggambarkan lukisan.
Lukisan tak tertandingi oleh
makhluk-mahkluk ciptaan.
Dream Beach
(Bali)
Menawan Ironis
Konsep menarik bagi daerah kecil terapit
oleh selat yang berbeda.
Samudera yang berlimpah air garam seisinya.
Menjaga dan melestarikan
keberadaanya merupakan langkah bijak
semata.
Mata yang tak bosan dengan hijaunya dedaunan rimbun.
Serasi dengan tersusunnya jembatan kayu terhubung.
Menghadirkan oksigen masuk menyeruak
dalam hirupnya.
Serta membuat penyumbang oksigen terbaik
dalam kesehariannya.
Duduk dan tertawa bahak kami semua.
Membuat indahnya hutan berkonsep rawa
manggrove terjaga.
Hutan yang terbaik dalam kunjungan mata
pada akhirnya.
Membuat dewata terjaga dari kikisan laut
menghantam dataran.
Menjaga dan melestarikan mewajibkan
pribumi peka bertanya.
Menjaga dari sampah terbuang kotornya hutan.
Membuat hati ironis seketika menghampiri.
Sampai kapan konsep terbaik terbangun,
tak didukung oleh masyarakat melihat.
Melihat kotornya kebiadaban plastik
sejenisnya meracuni indahnya konsep
menawan.
Sampah penyakit mendasar individu dalam
kehidupan.
Penyakit menular bagi para mata melihat.
Penyakit terbesar jika tak teredam.
Hutan Manggrove
(Bali)
Wisata Makna Kearifan
Kesehatan stabil bekal sebuah perjalanan.
Tak terasa letih mengendarai kendaraan
beroda dua ke-sebuah lukisan sang esa.
Lukisan indah dalam tatanan kearifan
bersanding kebersahajaan.
Berada di dataran tinggi,
dengan pemikiran benak sejuk bersanding suasana
penghijauan begitu rapat nan memukau.
Menyapa kulit terbungkus kain seiring
tiba dalam tujuan.
Siap membuat otak beserta mata terjaga dalam ketenangan.
Indera termanjakan dalam kearifannya.
Kearifan yang pribumi jaga demi menghasilkan pundi rupiah.
Demi sesuap nasi bagi keluarga di
kediaman.
Prilaku pribumi mencari nafkah dari keberadaan,
menjelaskan magnet dalam paket wisata mempesonanya.
Gumpalan air yang terjaga, terhimpit
dengan barisan bukit indah dalam lukisan
Memberikan makna syahdu dalam keadaanya.
Bersanding air terjun mempesona,
menambah keindahan lukisan sang esa.
Air-air
berjatuhan seirama, menjadi satuan paketnya.
Makna begitu besar.
Makna bergulir jauh dalam
pengairan sebuah kota dan daerah.
Makna tersirat berkah kesucian terjaga.
Danau Bedugul
(Bali)
Pengat Berbuah Hasil
Gejolak gembira menyeruak keluar dalam benak.
Tatkala mereka mengajak pengat kedua
bola mata dalam kubusnya sebuah bangunan.
Menghampiri ke-aribaan air tersimpan di
himpitnya para pegunungan tinggi menjulang.
menjadi pilihan otak bertamasya sekedar.
Burung-burung terbang diatas
permukaan, merenggut ikan dalam mulut
kecilnya.
Terbelenggu dalam keyakinan, hanya
rantai makanan yang teruraikan.
Desa – desa traditional terlihat dari
kejauhan mata memandang.
Menjelaskan penghuni asli dari danau
terhimpit gunung jauh nan sebrang
Gunung serta danau batur kenalnya.
Gunung arif yang mengairi danau dari
mata airnya.
Gunung indah dengan keasrian hutannya.
Menjadi penglipur sanubari dalam rutinitas bekerja.
Udara-udara dingin menusuk lapisan kulit
menjadi pelengkap kebebasan oksigen menyapa.
Meraba dan membungkus, menjadikan
gerakan cepat dari seseorang yang menyadarinya.
Engkau begitu terjaga dalam asrinya lingkungan bagi para rakyat setempat
berada.
Keaslian Lestari
Tradisi budaya beriringan dengan wisata
kental melekat pada suku asli pribumi daerahnya.
Tak ada yang hilang bahkan luntur
termakan zaman maju porak-poranda.
Membuat siapapun datang menyapa.
Menjadikan iri sesama dalam kebudayaan
terjaga.
Perbedaan besar dalam atsmofer
keseharian budaya dalam rutinitas.
Namun itu yang mereka jaga dan bangga.
Hanya terlukiskan tradisi santun dalam keseharian,
serta menjadi ketertarikan
pendatang untuk mendalaminya.
Suku asli aga namanya.
Suku asli penduduk dewata yang kental
akan budaya.
Suku dalam tatanan keberagaman
berdirinya Indonesia.
Legenda dan cerita begitu menawan untuk mengenal dan berada di dalamnya.
Menghampiri lubang telinga, dan dicerna
kedalam sistem mekanisme otak sederhana.
Bertegur sapa, membahasnya,
mengabadikan, menjelaskan mereka punya
apa dalam tradisinya.
Budaya yang senantiasa terjaga oleh para
penerusnya, membuat mereka tak lekang tergerus modernisasi menyapu identitas.
Suku Aga – Desa
Adat Penglipuran (Bali)
Eksotis Bersanding Manfaat Bias
Pesona belerang memukau sebagai mata
pencaharian.
Menjadi pelengkap pelancong dalam menggapai dan menghampirinya.
Kualitas terbaik dalam fungsi, menjadi
pilihan yang mendunia.
Pikulan demi pikulan menemani amanah demi sesuap nasi bagi sebuah keluarga kelanjutan seorang
penambang.
Eksotisnya gunung beserta isinya dalam pemasukan daerah menumpuk tak berimbas bagi
orang-orang yang bekerja memikul.
Mereka tak terfasilitasi kesehatan,
beriringan minimnya upah tak berharga.
Tak
mengeluh dalam keseharian untuk terus mencari nafkah.
Mereka yang seharusnya terjaga,
bukan kaum -kaum kapitalis rakus menggerus alam berdampak
perkaya diri.
Alam tercipta dalam lukisan
beserta fungsinya bukan untuk dianiya,
melainkan terjaga serta terolah demi kemakmuran bersama.
Sampai kapan keadilan
bersanding dengan kemakmuran seimbang.
demi
ia, sang penambang yang letih di lansia usia terus bertambah.
Kawah Ijen
(Banyuwangi)
Muda Menjaga
Bermodal tekad bersanding dengan ego menggebu demi hasil maksimal tak ada yang salah.
Yang salah
jika pemuda tak memulai mencoba serta
menelaah besarnya Indonesia dalam bhineka.
Menyentuh dan menggapai dalam kebanggan budaya beserta wisata lukisanya,
membuat makna
kehidupan berwarna dan bersahaja.
Tradisi terjaga beriringan.
Bersama kental kebersamaan melekat pada budaya dalam instrumen aktivitas tak normal terlihat kasat
mata pada umumnya.
Mereka yang bangga akan tradisi serta
budaya para leluhur terdahulu selalu menjaga dan melestarikanya.
Tak ada pengat mencuat ke permukaan,
hanya bangga menjadi diri dari
keaslian pribumi dalam sanubari.
Bukan mereka orang kota yang bersikap
hedon, pragmatis hingga individualis realitas kebanyakan mendunia.
Suku Adat Using
(Banyuwangi)
Gejolak Perbedaan
Keheningan lama tanpa makna berputar dalam otak.
Disaat makna sebuah toga telah bersemayam diatas kepala tanpa hasil yang
membuatnya bangga.
Namun
tak berhenti dalam juang untuk buktikan tuaian hasil
dari passion bergabung akademis.
Berdoa dan terus berusaha selalu dipanjatkan dan
digaungkan ke-Aribaanya,
seiring
penantian pintu rezeki datang terbuka
dengan sendirinya.
Akhirnya panggilan muncul jua dalam pundi rupiah bak genderang poranda membahana.
Membawa mereka semua dalam
perbedaan keyakinan menuju indahnya
lukisan
sang esa
ke- sebuah penantian
Oh…..
Sungai hijau eksotis dengan olahraga
ekstremnya, engkau akhir dari segala penderitaan.
Beriringan dengan indahnya pantai sunyi
berdebur ombak syahdu dalam rutinitasnya.
Mejelaskan makna berdampingan serasi dalam
alam.
Engkau senantiasa membuat mereka yang jauh ingin kembali menggapai.
Tanpa kebimbangan dan keraguan sebuah pikiran manusia.
Beribu nilai dan makna tersirat dalam perjalanan.
Disaat penantian yang menjadi pintu rejeki terkadang bergejolak hingga kapanpun.
Karena pilihan yang mereka tonjolkan
berbeda dalam keyakinan.
Pantai
Pengandaran dan Green Canyon (Pengandaran
– Ciamis)
Lukisan Jauh Bernilai
Pendakian yang tak di sengaja menjadi
permulaan ego dalam menyapa.
Bersama rekan sejawat kami persiapkan alat seadanya.
Bukan maksud untuk meremehkan sebuah
lukisan sang pencipta,
melainkan meminimalisir apa yang terbawa.
Dengan berjalan menyusuri indahnya sawah hijau nan asri, tiba jua dalam awal mula perjalanan.
Jalur
yang begitu bersahabat ditemani
kicauan burung bergumam, menjadi pengenal tanda masuk dalam hutan pekat di sekitarnya.
Bergulat hati nurani dalam kepastian
seseorang menjadi warna,
tatkala
bersanding mengunjungi lukisan megah sang pencipta.
Kedatangan jauh lebih terasa menjadi warna, ketimbang memikirkan ia yang telah
hilang dimakan gelombang kejauhan fana.
Mengeluh kepadanya lewaat lukisan yang
terhampiri, jauh lebih bermakna.
Dibanding selalu menangis disaat kehilangan seseorang yang selalu bergejolak
dalam kehidupan.
Engkau pemberi semangat dalam keberadaanya.
engkau pula yang mengajariku tentang arti keindahan yang patut di tangisi.
Bukan seseorang yang berkomitmen dalam kiasan
palsu di awal perjumpaan.
Gunung Geulis
(Sumedang)
Anugerah dalam Kota
Menyapa mewajibkanku datang menghampirinya.
Tak ada rasa untuk mengacuhkan kearibaanya.
Dataran tinggi menjulang terlihat dari kota
tempatku berdiam.
Ditambah dengan kekokohanya sebagai gunung pemberi warna
dalam lukisan.
Lekukan indah
menambah erotis bepadu air terjun di dalamnya.
Tak merasa lelah disaat kaki berpijak
menyusuri pemukiman warga mengelilinginya.
Bersamaan gumam bersahaja, kami daki beriringan tanpa beban dan nafsu semata.
Aliran sungai murni menemani tapakan kaki
berpijak dengan seluruh kolega.
Tersirat makna kebersamaan dalam mencapai sebuah tujuan.
Manglayang nama indah menawan di dataran Sumedang.
Ia jua pemberi nafkah bagi manusia
dibawah kakinya dengan perkebunan
melimpah.
Semilir
udara sejuk beserta tanah subur diberikan sang esa dalam keberadaaanya.
Anugerah terbaik bagi pribumi untuk
mencari pundi rupiah dalam kehidupan.
Melekatkan makna tersirat dari gunung menjulang di
sekitaran kota.
Tak ada rasa ingin merusak bagi pribumi
sekitar berada.
Melainkan menjaga serta
melestarikan hijaunya dedaunan di dalamnya.
Gunung Manglayang (Sumedang)
Amanah Kearifan
Beban
pikul penuh dua tas menempel pada badan,
tak berasa lelah hingga letih bersemayam,
tatkala kaki berpijak mendatangi dataran
daerah terkenal dengan produk dodolnya.
Sikap pantang menyerah menemani
perjalanan panjang pergantian
tahun.
Walau dalam kesakitan gigi bak kiamat menghentikan perjalanan,
kaki terus berpijak melanjutkan menikmati ke-Esaan sang pencipta dalam lukisan.
Menikmati sapaan arif
nelayan setempat serta bergotong membakar tangkapan,
membiarkan makna mendalam
dari sebuah nilai makhluk hidup sesama.
Anugerah
pantai elok nan gemulai,
menjadikan pelengkap penglipur disaat
pencari ikan pulang lelah dengan hasil.
Disambut sapaan seorang bocah menunggu
dibibirnya dengan harapan ,
Ditemani seorang istri yang membawa
perbekalan lainnya.
Hidup merupakan makna mendalam mengenai amanah kearifan.
Pantai Santolo
(Garut)
Subscribe to:
Posts (Atom)